Tuesday, August 23, 2016

Rahasia Angka 1000 Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hajj Ayat 47

Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti 1.000 (seribu) tahun menurut perhitunganmu. (Q.S Al-Hajj ayat :47)

Al-Hajj dalam Al-Qur'an merupakan surat ke-22 terdiri dari 78 ayat, Al-Hajj berarti Ibadah Haji. Untuk mengungkap rahasia dibalik angka 1.000 dalam ayat diatas bisa kita simak ayat berikut :
  • Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S Yunus ayat : 5)
...... dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan ...... inilah kenapa umat Islam menghitung waktu berdasarkan perputaran bulan (kalender Hijriyah) bukan matahari seperti kalender masehi, dimana dalam 1 tahun bulan mengelilingi matahari hanya 1 kali dan mengelilingi bumi sebanyak 12 kali, jadi dalam 1 tahun ada 12 (dua belas) bulan.
  • Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 (dua belas) bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S At-Taubah ayat ; 36)
Bahwa menurut teknologi sekarang, bulan berputar pada porosnya juga bulan berputar mengelilingi bumi, dan lamanya atau periode rotasi bulan berputar pada porosnya adalah = lamanya atau periode revolusi bulan mengelilingi bumi, yaitu selama 1 bulan.

Bulan berputar mengelilingi bumi tidak tepat seperti lingkaran tapi berbentuk elips akibatnya bulan mempunyai jarak terdekat dan jarak terjauh dengan bumi seperti yang bisa digambarkan dibawah ini :

Berdasarkan data yang di peroleh dari situs Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika Republik Indonesia ( BMKG), berikut tabel jarak bumi dengan bulan di tahun 2016 :
Dengan demikian rata-rata jarak antara Bumi denga Bulan adalah penjumlahan dimulai dari bulan baru sampai bulan baru dari 10 Januari 2016 s/d 29 Desember 2016 adalah = 18.803.744 Km : 49 = 383.749,9 Km 

Cara menghitung lamanya atau periode revolusi bulan pada orbitnya adalah :

  • Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik).
  • Bentuk orbit Bulan saat Bulan mengelilingi Bumi adalah ellips. Akibatnya pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut perigee, dan pada saat lain akan berada pada posisi terjauh dari Bumi, yang disebut apogee. Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi perigee ke apogee dan kembali ke perigee disebut sebagai periode anomalistik, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 27,55455 hari (27 hari 13 jam 18 menit 33 detik).
Cara menghitung lamanya 1 (satu) hari adalah sebagai berikut :
  • Satu hari sideris adalah waktu yang diperlukan bumi berotasi satu putar atau dapat juga dikatan sebagai waktu yang diperlukan bintang melewati meridian di suatu tempat ke meridian yang sama lagi. Berbeda dengan satu hari yang biasa digunakan, satu hari Matahari, yang menyatakan rentang waktu gerak harian Matahari rata-rata satu putar relatif terhadap pengamat di bumi. Dalam satu tahun bumi berotasi 366,2422 kali namun bagi pengamat di muka bumi yang tetap akan melihat Matahari melintas 365,2422 kali. Dengan perbandingan itu dan karena satu hari Matahari adalah 24 jam maka panjang satu hari sideris adalah 86.164,09 detik, atau 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik
  • Bumi dalam sistem Tata Sura selain mengelilingi Matahari juga berputar pada sumbunya dengan garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan sebagai sumbu putarnya. Hal demikian ini disebut rotasi bumi. Terhadap suatu titik di langit (Vernal Equinox) yang posisinya relatif tetap, bumi memerlukan waktu 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik untuk melakukan putaran 360 derajat atau satu hari sideris. Rentang waktu ini sedikit lebih pendek daripada satu hari yang biasa kita kenal yaitu 24 jam.
Cara menghitung panjang orbit Bulan mengelilingi bumi adalah diukur dengan menggunakan rumus keliling lingkaran yaitu :

Keliling Lingkaran = pi (pi = keliling : diameter) x D (diameter)

                                   = pi x (2 x r) (r= jari-jari lingkaran)

Panjang orbit Bulan mengeliling Bumi = 2 x pi x jarak rata-rata antara Bumi dengan Bulan                                                                           = 2 x 3,14159265358979323846 x 
383.749,9 Km 

                                                                        = 2.412142,087 Km
Perhatikan ayat berikut :
  • (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (Q.S Al-Anbiya ayat : 104)
Bisa kita ilustrasikan dari ayat diatas sebagai berikut :
Kalau dilihat tampak depan hasilnya adalah sebagai berikut :
Perhatikan ayat berikut ini :
  • Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (QS. Al Mulk: 3-5)
Bahwa menurut ilmu astronomi di angkasa ini ada yang disebut Black Hole atau Lubang hitam yaitu bagian dari Ruang Waktu yang merupakan gravitasi paling kuat, bahkan cahaya tidak bisa kabur. Lubang ini disebut "hitam" karena menyerap apapun yang berada disekitarnya dan tidak dapat kembali lagi, bahkan cahaya.

Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michelel and Pierre Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. 

Pada mulanya, bintang terbentuk dengan kondisi dimana tingkat radiasi dan gravitasinya seimbang. Seiring berprosesnya inti bintang, akhirnya intinya menjadi semakin berat. Dengan itu, maka gaya gravitasi pun semakin besar. Akhirnya, ketidakseimbangan terjadi. Dari sana, maka bintangnya kolaps, dan kemudian mengalami ledakan supernova. Dalam ledakan ini, ada dua kemungkinan hasilnya. Salah satu diantaranya adalah lubang hitam.

Lubang hitam akan mati melalui proses radiasi hawking. Proses ini sederhananya seperti membongkar bagian per bagian dari lubang hitam. Selama berjalannya waktu, lubang hitam akan terus mengecil dan mengecil, hingga akhirnya mengalami ledakan super besar, bahkan ribuan kali lebih besar daripada ledakan bom Hiroshima dan Nagasaki. Akan tetapi, proses ini cenderung memakan waktu cukup lama. Sedangkan ukuran lubang hitam pastilah besar. Maka bisa jadi kita sebagai manusia tidak akan menyaksikan apa-apa dari peristiwa ini.

Bahwa menurut surat Al-Mulk ayat 3-5, Langit terdekat dihiasi dengan Bintang-Bintang, dan Balck Hole atau Lubang Hitam terbentuk dari ledakan sebuah Bintang, mari perhatikan ayat yang dibawah ini :
  • Sungguh, Aku bersumpah dengan Al-Khunus, yang Al-Jawaar Al-Kunus, (Q.S At-Takwir ayat : 15 – 16)
Dalam terjemahan dari Departement Agama Republik Indonesia, Al-Khunus diartikan sebagai bintang-bintang, Al-Khunus berarti tersembunyi dan tidak terlihat seperti setan suka disebut Al-Khanas karena tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia, maka lebih tepat Al-Khunus diartikan sebagai Bintang yang tersembunyi dan tidak terlihat, jadi Allah telah bersumpah dengan Bintang yang tersembunyi dan tidak terlihat.

Al-Jawar dari terjemahan Departement Agama Republik Indonesia diartikan sebagai yang beredar, Al-Jawar artinya bergerak cepat atau lari, sedangakan Kunnas berasal dari kanasa artinya menyapu, miknasah alat untuk menyapu. Kunnas bentuk jamak dari kaanis yang menyapu. Kunnas adalah shigat muntaha jumuk (bentuk jamak paling tinggi) dari bentuk tunggal kaanis.

Jadi Al-Khunus Al-Jawaar Al-Kunus berarti Bintang yang tersembunyi dan tidak terlihat yang bergerak cepat untuk menyapu apa yang dilaluinya. Sedangkan Black Hole memiliki ciri-ciri menyerap apapun yang berada di sekitarnya, dan kita tidak bisa melihatnya.

Bandingkan gambar Balck Hole/Lubang Hitam yang diambil dari situs NASA dengan ilustrasi penjelasan surat Al-Anbiya ayat : 104 diatas mengenai langit yang digulung bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas :



Mirip bukan?

Kembali kepada angka 1.000, perhatikan ayat berikut ini :

  • Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.(Q.S As-Sajdah ayat : 5)
Bahwa yang membawa naik urusan itu adalah Malaikat, dan lamanya Malaikat naik tersebut 1 hari = 1.000 tahun = 12.000 bulan. Berapa kecepatan Malaikat tersebut pada saat naik membawa urusan? bisakah kita menghitungnya dengan adanya patokan 1 hari = 1.000 tahun? kita terjemahkan dalam suatu persamaan sebagai berikut :

1 hari di sisi Tuhan = 1.000 tahun menurut perhitungan manusia 
Naik urusan dibawa "Pembawa Urusan" x 1 hari sideris di Bumi = 1.ooo tahun x waktu tempuh Bulan mengelilingi Bumi (sesuai patokan kalender hijriyah menurut peredaran Bulan mengelilingi Bumi)
Kecepatan "Pembawa Urusan" = (1.000 tahun x panjang orbit Bulan) : 1 hari sideris di Bumi

1.000 tahun = 12.000 bulan
panjang orbit Bulan mengelilingi Bumi = 2.412.142,087  Km
1 hari sideris di Bumi = 86.164,09 detik

Kecepatan "Pembawa Urusan" = (12.000 bulan x 2.412.142,087 Km) : 86.164,09 detik

Sebelum menghitung persamaan diatas perlu diketahui menurut Albert Einstein faktor gravitasi Matahari dieliminir terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih eksak dalam menghitung panjang orbit Bulan mengelilingi Bumi yaitu panjang orbit Bulan eksak dimana ini dpengaruhi oleh gravitasi Matahari terhadap Bumi yaitu gravitasi Matahari membuat Bumi berputar sebesar :

Ve (Kecepatan Eksak Bulan) = V (kecepatan Bulan) x Cos a (derajat kala edar Bulan berbanding kala edar Bumi terhadap Matahari), maka

a     = (Tm : Te) x 360°
Tm = Kala edar Bulan = 27,321661 hari

Te  = Kala edar Bumi = 365,25636 hari 
a= (27,321661 hari : 365,25636 hari) x 360°= 26,92848°

Maka kecepatan eksak Bulan (Ve) = kecepatan Bulan x Cos a 
karena kecepatan Bulan = Panjang Orbit Bulan maka kecepatan eksak Bulan = panjang Orbit Bulan eksak

Maka Panjang Orbit Bulan Eksak = Kecepatan Bulan Eksak = Ve = panjang orbit Bulan x Cos a 
 
Maka Kecepatan "Pembawa Urusan" = (12.000 bulan  x Ve) : 86.164,09 detik
                  = (12.000 bulan x 2.412.142,087 Km x cos a) : 86.164,09 detik
                          = (28.945.705.050 Km x cos 26,92848°) : 86.164,09 detik
                          = (28.945.705.050 x 0,891573158) : 86.164,09 detik
                          = 25.807.213.662 Km : 86.164,09 detik
                          = 299.512,4032 Km/detik

Maka Kecepatan "Pembawa Urusan" = 299.512,4032 Km/detik
  • Malaikat itu diciptakan dari cahaya sedangkan jin dari nyala api dan adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan pada kamu semua. (H.R. Muslim dari Aisyah).
Bahwa Malaikat diciptakan Tuhan dari cahaya, seperti yang kita dapatkan dalam pelajaran fisika, astronomo, dll kecepatan cahaya adalah tetap yaitu kurang lebih sebesar 299.792,458 Km/detik dan belum ada satupun benda yang bisa melebihi kecepatan cahaya sampai dengan saat ini yang diketahui oleh manusia, maka selisihnya adalah = 299.512,4032 - 299.792,458 = 280,0548449 Km/detik, tentunya perbedaan ini banyak dipengaruhi banyak faktor.

Dengan demikian apakah angka 1.000 dari surat Al-Hajj ayat 47 memberitahukan kepada kita mengenai kecepatan Malaikat = kecepatan cahaya? Walahualam! Tapi yang paling utama adalah bahwa Al-Qur'an itu bukanlah buatan Nabi Muhamad tapi merupakan wahyu dari Sang Maha Pencipta!


Demikian semoga bermanfaat

Monday, August 22, 2016

Rahasia Angka 12 Dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah Ayat 36

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 (dua belas) bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S At-Taubah ayat ; 36)

Surat At-Taubah dalam Al-Qur'an merupakan surat ke-9 yang terdiri dari 129 ayat, At-Taubah yang berarti pengampunan, dan keistimewaan surat ini di awal surat tidak ada kalimat Bismillahirrahmanirrahim.

Arti dari angka 12 dalam surat At-Taubah ayat 36 adalah menunjukan pada jumlah bulan dalam 1 tahun adalah 12 bulan, sebagaimana kita ketahui sistem kalender dalam Islam yang disebut kalender hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrahnya Nabi Muhamad SAW. dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S Yunus ayat : 5)

Kalender hijriyah dihitung berdasarkan perjalanan bulan bukan berdasarkan perputaran bumi mengelilingi matahari seperti yang menjadi patokan kalender masehi, dimana perhitungan tersebut didasarkan dengan hal-hal sebagai berikut :

  • Lamanya Bulan berputar pada porosnya atau periode rotasi Bulan pada porosnya adalah sama dengan lamanya periode rotasi Bulan mengelilingi Bumi atau lamanya periode rotasi Bulan pada bidang orbitnya, dengan kata lain 1 kali bulan berputar pada porosnya yaitu 360 derajat (dalam matematika besarnya derajat lingkaran adalah = 360 derajat) = 1 kali Bulan mengelilingi Bumi = 1 bulan, akibatnya kita kalau melihat permukaan Bulan dari hari kehari selalu tampak kelihatan sama dan nama-nama bulan yang 12 itu adalah sebagai berikut :

Bulan Ke
Nama Bulan Dalam Kalender Hijriyah
Nama Bulan Dalam Kalender Masehi
1
Muharam
Januari
2
Safar
Februari
3
Rabi’ul Awal
Maret
4
Rabi’ul Akhir
April
5
Jumadil Awal
Mei
6
Jumadil Akhir
Juni
7
Rajab
Juli
8
Syaban
Agustus
9
Ramadhan
September
10
Syawal
Oktober
11
Dzulkaidah
November
12
Dzulhijah
Desember
  • Bentuk orbit Bulan saat Bulan mengelilingi Bumi adalah ellips. Akibatnya pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut perigee, dan pada saat lain akan berada pada posisi terjauh dari Bumi, yang disebut apogee. Akibatnya Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi perigee ke apogee dan kembali ke perigee disebut sebagai periode anomalistik, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 27,55455 hari (27 hari 13 jam 18 menit 33 detik) yaitu = 1 bulan. 
  • Bulan mempunyai fase-fase tertentu ketika mengelilingi Bumi yaitu fase Bulan baru, fase setengah purnama awal, fase purnama, fase setengah purnama akhir, dan kembali ke fase Bulan baru. Akibatnya Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik) yaitu = 1 bulan. dan perhitungan ini yang biasa dipakai untuk menghitung penentuan awal bulan dalam kalender hijriyah yaitu dengan melihat hilal (bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya fase bulan baru pada arah dekat Matahari terbenam yang biasanya diamati pada hari ke-29, jika terlihat maka setelah matahari terbenam sudah memasuki bulan baru, jika belum terlihat maka bulan tersebut digenapkan menjadi 30 hari [Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1906 dan Muslim no. 1080)].)
  • Untuk menghitung berapa jam dalam 1 hari, dihitung dari waktu yang diperlukan oleh Bumi 1 kali berputar pada porosnya. Apabila yang menjadi patokan adalah Matahari yaitu dihitung dari saat Matahari terbit sampai Matahari itu terbit lagi adalah selama 24 jam. Namun apabila yang menjadi patokan adalah benda di angkasa katakanlah Bintang, yaitu dihitung dari waktu yang diperlukan bumi berotasi satu putar atau dapat juga dikatakan sebagai waktu yang diperlukan bintang melewati meridian di suatu tempat ke meridian yang sama lagi yang biasa disebut panjang satu hari sideris adalah 86.164,09 detik, atau 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik. 
  • Sebuah hari diawali dengan terbenamnya Matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam, maka 1 hari dihitung dari Matahari terbenam sampai Matahari itu terbenam lagi yang lamanya adalah 24 jam. Dimana 1 bulan = 4 minggu dan 1 minggu = 7 hari dan nama -nama hari tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Al-Ahad (Minggu)
  2. Al-Itsnayn (Senin)
  3. Ats-Tsalaatsa' (Selasa)
  4. Al-Arbaa-a / Ar-Raabi' (Rabu)
  5. Al-Khamsah (Kamis)
  6. Al-Jumu'ah (Jumat)
  7. As-Sabt (Sabtu)
Demikian semoga bermanfaat!

Friday, August 19, 2016

Rahasia Angka 3 Dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah Ayat 118

Dan terhadap tsalatsah (3 [tiga]) orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S At-Taubah ayat : 118)

Surat At-Taubah dalam Al-Qur'an merupakan surat ke-9 yang terdiri dari 129 ayat, At-Taubah artinya pengampunan, dalam surat ini di awal surat tidak terdapat kalimat Bismillahirrahmanirrahim.

Bahwa maksud dari angka 3 dalam surat At-Taubah ayat 118 adalah mengenai 3 orang yang tidak ikut perang tabuk yaitu :


  1. Ka'b Ibnu Malik
  2. Hilal Ibnu Umayyah
  3. Mararah Ibu Rabi

Hal ini sesuai hadits riwayat Bukhari sebagai berikut :

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdulah bin Ka’ab bin Malik, dia di antara anak Ka’ab yang menjadi penuntun Ka’ab ketika telah buta. Ia berkata, “Aku mendengar Ka’ab bin Malik bercerita tentang kisah Tabuk ketika ia tidak ikut berperang, ia berkata: Aku tidaklah meninggalkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di peperangan apa pun selain perang Tabuk, namun aku pernah tidak ikut pula perang Badar, tetapi Beliau tidak mencela orang yang meninggalkannya, hal itu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar untuk mendatangi kafilah (dagang) Quraisy, namun akhirnya Allah mengumpulkan mereka dengan musuhnya tanpa perjanjian terlebih dahulu. Aku hadir bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di malam ‘Aqabah ketika Beliau membai’at kami di atas Islam, dan aku tidak suka jika ada pengganti (yang melebihi) malam ‘Aqabah, yaitu perang Badar (menurutnya malam ‘Aqabah lebih afdhal daripada perang Badar), meskipun perang Badar lebih dikenang oleh manusia daripada malam ‘Aqabah. Cerita saya, bahwa saya tidaklah pernah lebih kuat dan lebih lapang daripada keadaan ketika saya meninggalkan perang itu. Demi Allah, sesungguhnya sebelum itu tidak ada dua kendaraan sama sekali, hingga saya berhasil mengumpulkan keduanya pada perang itu. Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau tidaklah hendak berperang kecuali menampakkan yang lain, termasuk dalam peperangan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat di waktu yang sangat panas, menuju perjalanan yang jauh, padang pasir dan musuh yang banyak. Maka Beliau menerangkan kepada kaum muslimin hal yang sesungguhnya agar mereka mempersiapkan perlengkapan untuk perang itu dan memberitahukan arah mana yang hendak Beliau tuju. Kaum muslimin yang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jumlahnya banyak, dan mereka tidak terdaftar dalam buku induk. Ka’ab berkata, “Oleh karena itu, tidak ada yang ingin absen kecuali dia menduga bahwa yang demikian akan tersembunyi bagi Beliau, selama tidak turun wahyu Allah terhadapnya.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi berperang ketika buah-buah matang dan pohonnya rindang, maka bersiap-siaplah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kaum muslimin yang bersamanya. Aku pun pergi untuk ikut bersiap-siap bersama mereka, aku pulang, namun tidak melakukan apa-apa, maka aku berkata dalam hati, “Saya mampu melakukannya.” Hal itu berlangsung terus hingga mereka semakin siap, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum muslimin berangkat sedangkan saya belum mempersiapkan apa-apa,” aku pun berkata, “Saya akan bersap-siap setelahnya sehari atau dua hari kemudian menyusul mereka.” Maka saya pergi setelah mereka jauh untuk bersiap-siap, saya pulang namun tidak melakukan apa-apa. Saya pergi lagi dan kembali namun belum melakukan apa-apa, dan terus menerus seperti itu sampai mereka semakin cepat dan (saya) ketinggalan perang. Saya ingin berangkat dan menyusul mereka. Duhai, andai saja saya melakukannya, namun tidak ditaqdirkan buat saya, sehingga ketika saya keluar kepada orang-orang setelah kepergian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka saya berkeliling di antara mereka, saya pun bersedih karena tidak melihat orang selain orang yang tercela karena kemunafikannya atau orang yang diberi uzur oleh Allah dari kalangan kaum dhu’afa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyebutku sampai tiba di Tabuk. Beliau pun bersabda ketika duduk di tengah-tengah manusia di Tabuk, “Apa yang dilakukan Ka’ab?” Maka seorang dari Bani Salamah berkata, “Wahai Rasulullah, ia tertahan oleh kedua burdahnya dan melihat sisi tubuhnya.” Mu’adz bin Jabal berkata, “Buruk sekali apa yang kamu katakan. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui tentangnya selain kebaikan.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diam. Ka’ab bin Malik berkata, “Ketika sampai berita kepadaku, bahwa Beliau sedang kembali pulang, maka aku pun bersedih. Aku mulai berpikir tentang berdusta dan berkata (dalam hati), “Bagaimana caranya agar aku dapat lolos dari kemarahan Beliau besok? Aku pun meminta bantuan untuk itu kepada keluargaku yang berpengalaman. Namun ketika disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelang tiba, maka hilanglah (pikiran) batil dariku, dan saya mengetahui bahwa saya tidak dapat lolos selamanya dengan sesuatu yang di sana terdapat dusta, maka saya bertekad untuk jujur. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian datang, dan Beliau biasanya apabila pulang dari safar, pergi ke masjid, lalu shalat di sana dua rak’at, kemudian duduk di hadapan manusia. Ketika Beliau sedang seperti itu, maka orang-orang yang tidak ikut berperang datang, dan mulai mengemukakan uzurnya serta bersumpah. Jumlah mereka ada delapan puluh orang lebih, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerima lahiriah mereka, membai’at mereka dan memintakan ampunan untuk mereka, serta menyerahkan rahasia mereka kepada Allah. Aku pun datang dan mengucapkan salam kepadanya, maka Beliau tersenyum dengan senyuman orang yang marah. Beliau bersabda, “Kemari!” maka aku pun datang sambil berjalan dan duduk di hadapannya, dan bersabda kepadaku, “Apa yang membuatmu tertinggal?” Bukankah kamu telah membeli kendaraanmu?” Aku menjawab, “Ya. Sesungguhnya aku demi Allah, jika aku duduk pada selain dirimu di antara penduduk dunia, aku yakin dapat lolos dari kemarahannya dengan suatu alasan. Aku telah diberi kelebihan berdebat, akan tetapi demi Allah, aku tahu bahwa jika aku menyampaikan kata-kata dusta pada hari ini kepadamu yang membuatmu ridha dengannya, tentu Allah akan menjadikan engkau marah kepadaku. Namun jika aku menyampaikan kata-kata jujur, maka engkau akan marah kepadaku. Sesungguhnya aku berharap ampunan dari Allah dengan kejujuran itu. Demi Allah, aku tidak memiliki uzur. Demi Allah, aku tidaklah lebih kuat dan lebih lapang daripada keadaan ketika aku meninggalkanmu.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Adapun orang ini, maka dia benar. Bangunlah sampai Allah memberikan keputusan terhadapmu.” Aku pun berdiri dan beberapa orang Bani Salamah bangkit mengikutiku. Mereka berkata kepadaku, “Demi Allah, kami tidak mengetahui kamu melakukan dosa sebelum ini, ternyata kamu tidak berani mengajukan uzur kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti uzur yang diajukan oleh orang-orang yang tidak tertinggal lainnya (kaum munafik). Padahal cukup bagi dosamu permohonan ampunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untukmu.” Demi Allah, mereka senantiasa mencelaku sampai aku ingin kembali dan berkata dusta. Lalu aku berkata kepada mereka, “Apakah ada orang yang mengalami seperti diriku?” Mereka menjawab, “Ya. Ada dua orang yang berkata seperti yang kamu ucapkan, kemudian dikatakan kepada keduanya seperti yang dikatakan kepadamu.” Aku pun berkata, “Siapa keduanya?” Mereka menjawab, “Muraarah bin Ar Rabii’ Al ‘Amriy dan Hilal bin Umayyah Al Waaqifiy.” Ternyata mereka menyebutkan kepadaku dua laki-laki saleh yang ikut perang Badar, di mana pada keduanya ada keteladanan. Maka aku pun tetap berjalan, ketika mereka menyebutkan kedua orang itu kepadaku. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga dari sekian banyak orang yang tertinggal dari perang.” Manusia pun menjauhi kami dan berubah sikap kepada kami, sehingga berubah pula bumi dalam diriku, yang mana bumi yang aku kenal, kami tetap seperti itu selama lima puluh malam. Sedangkan kedua teman saya, mereka merasa hina dan duduk di rumahnya sambil menangis. Adapun saya, maka saya adalah orang yang paling muda di antara mereka dan paling kuat. Aku keluar, ikut shalat bersama kaum muslimin, dan berkeliling di pasar, namun tidak ada yang mau berbicara denganku. Aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan salam kepadanya, sedangkan Beliau berada di tempat duduknya setelah shalat. Aku berkata dalam hati, “Apakah Beliau akan menggerakkan bibirnya untuk menjawab salamku atau tidak? Lalu saya shalat dekat dengan Beliau, sambil mencuri pandang kepada Beliau. Ketika saya memasuki shalat, maka Beliau memandangku. Namun ketika aku menoleh ke arahnya, maka Beliau berpaling dariku. Sehingga ketika ketidakramahan dari manusia berlangsung lama padaku, aku pun berjalan dan menaiki tembok Abu Qatadah, dia adalah putera pamanku dan manusia yang paling saya cintai. Aku pun mengucapkan salam kepadanya. Demi Allah, dia tidak menjawab salamku. Aku pun berkata, “Wahai Abu Qatadah, saya bertanya kepadamu dengan nama Allah, tahukah kamu bahwa aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya? Ia pun diam, dan aku mengulangi lagi dan bertanya kepadanya sambil bersumpah, namun ia tetap diam.” Ia pun berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka mengalirlah kedua mataku dan aku pun berpaling hingga aku memanjat tembok. Ketika saya berjalan di pasar Madinah, tiba-tiba ada seorang petani dari petani penduduk Syam yang datang membawa makanan yang ia jual di Madinah, ia berkata, “Siapa yang mau menunjukkanku kepada Ka’ab bin Malik?” Orang-orang segera memberi isyarat kepadanya (yakni kepadaku). Ketika ia datang kepadaku, ia menyerahkan surat dari raja Ghassan, dan ternyata isinya, “Amma ba’du, sesungguhnya telah sampai berita kepadaku, bahwa kawanmu telah bersikap kasar kepadamu, dan Allah tentu tidak akan menjadikanmu berada di negeri hina, juga tidak tersia-sia. Maka bergabunglah dengan kami, kami akan menolongmu.” Setelah membacanya, aku berkata, “Ini termasuk cobaan.” Aku pun pergi ke dapur, lalu aku bakar surat itu dengannya. Hingga ketika telah berlalu 40 malam dari 50 malam, tiba-tiba utusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepadaku dan berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kamu menjauhi istrimu.” Aku pun berkata, “Apakah aku talak? Atau apa yang harus aku lakukan?” Ia berkata, “Jauhi saja dan jangan dekati.” Beliau juga mengutus kepada kedua kawanku seperti itu. Aku pun berkata kepada istriku, “Kembalilah kepada keluargamu sehingga kamu tinggal bersama mereka sampai Allah menyelesaikan masalah ini.” Ka’ab berkata, “Lalu istri Hilal bin Umayyah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah orang yang sudah tua lagi tidak punya apa-apa, ia tidak punya lagi pelayannya, apakah engkau tidak suka kalau aku melayaninya?” Beliau menjawab, “Bukan begitu, tetapi jangan sampai ia mendekatimu.” Istrinya berkata, “Demi Allah, sesungguhnya ia tidak pernah bergerak kepada sesuatu. Demi Allah ia senantiasa menangis sejak hari itu hingga hari ini.” Lalu sebagian keluargaku berkata kepadaku, “Kalau sekiranya engkau meminta izin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang istrimu sebagaimana Beliau mengizinkan kepada istri Hilal bin Umayyah untuk melayaninya?” Aku pun berkata, “Demi Allah, aku tidak akan meminta izin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku tidak tahu apa yang dikatakan nanti oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika aku meminta izin kepadanya, sedangkan saya seorang pemuda?” Maka setelah itu, saya tetap seperti itu sampai sepuluh malam sehingga genaplah lima puluh malam dari sejak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang berbicara dengan kami. Ketika aku shalat Subuh pada malam yang kelima puluh, sedangkan aku berada di salah satu atap rumah kami. Ketika aku sedang duduk dalam keadaan yang disebutkan Allah itu, di mana diriku telah terasa sempit, dan bumi yang luas pun menjadi sempit bagiku, aku pun mendengar suara keras orang yang berteriak yang muncul dari atas gunung Sala’, “Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah.” Maka aku pun tersungkur sujud, dan aku mengetahui bahwa kelegaan telah datang, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan tobat dari Allah kepada kami ketika telah selesai shalat Subuh. Lalu orang-orang datang memberi kabar gembira kepada kami, dan datang pula orang-orang memberi kabar gembira kepada dua sahabatku. Ada seseorang yang memacu kudanya dengan cepat kepadaku, dan ada lagi orang yang berlari kencang menujuku dari Bani Aslam, dia naik ke atas gunung, dan suara itu lebih cepat daripada kuda. Ketika telah datang kepadaku orang yang aku dengar suaranya memberi kabar gembira kepadaku, aku pun melepas kedua pakaianku dan memakaikan kepadanya karena kabar gembiranya. Demi Allah, padahal ketika itu aku tidak memiliki selainnya. Aku pun meminjam dua baju, dan aku pakai. Aku pun pergi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu orang-orang mendatangiku secara berbondong-bondong, mereka mengucapkan selamat atau tobat saya. Mereka berkata, “Semoga tobat Allah membahagiakanmu.” Aku pun masuk ke masjid, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk dengan dikerumuni manusia. Lalu Thalhah bin Ubaidillah berjalan cepat, menyalamiku dan mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, tidak ada seorang pun dari kaum muhajirin yang bangkit kepadaku selainnya, dan aku tidak pernah melupakannya untuk Thalhah. Ka’ab melanjutkan kata-katanya, “Ketika aku mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku dalam keadaan mukanya berseri-seri karena senang, “Bergembiralah dengan hari terbaik yang pernah melewati hidupmu sejak kamu dilahirkan oleh ibumu.” Aku pun bertanya, “Apakah dari sisimu wahai Rasulullah ataukah dari sisi Allah?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan dari sisi Allah.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila senang, mukanya berseri-seri sehingga seperti satu potong rembulan, dan kami mengenali yang demikian dari Beliau. Ketika aku duduk di depannya, aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di antara tobatku adalah saya akan mengeluarkan sedekah kepada Allah dan kepada Rasulullah dari harta saya.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tahanlah sebagian hartamu, yang demikian lebih baik bagimu.” Aku pun berkata, “Sesungguhnya saya menahan bagian saya yang ada di Khaibar.” Saya juga berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah menyelamatkanku karena kejujuran, dan termasuk (kesempurnaan) tobat saya adalah saya tidak berbicara kecuali benar selama aku masih hidup.” Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang pun dari kaum muslimin yang diberi nikmat oleh Alah tentang kejujuran bicara sejak aku sebutkan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang lebih baik dari nikmat yang diberikan-Nya kepadaku. Sejak aku sebutkan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam aku tidak pernah sengaja berdusta sampai hari ini. Saya pun berharap kepada Allah agar Dia menjaga saya selama saya masih hidup, dan Allah pun menurunkan ayat kepada Rasul-Nya,

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.S At-Taubah ayat : 117 – 119)

Demi Allah, Allah tidaklah memberi nikmat kepadaku suatu nikmat yang lebih besar setelah aku ditunjuki-Nya kepada Islam daripada kejujuranku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana aku tidak berdusta kepadanya, yang membuatku binasa sebagaimana orang-orang yang berdusta binasa. Sesungguhnya Allah berfirman kepada mereka yang berdusta ketika Dia menurunkan wahyu dengan seburuk-buruk ucapan yang difirmankan-Nya kepada seseorang,

Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka jahannam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu. (Q.S At-Taubah ayat : 95 – 96)

Ka’ab berkata, “Kami bertiga ditangguhkan dari perkara orang-orang yang telah diterima oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mereka berani bersumpah kepada Beliau. Beliau membai’at mereka, memintakan ampunan dan menangguhkan urusan kami sehingga Allah memutuskannya. Oleh karena itulah, Allah berfirman,

dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S At-Taubah ayat : 118)


Dan yang disebutkan Allah itu bukan ketertinggalan kami dari peperangan, tetapi penangguhan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kami dan pengakhiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap urusan kami dari orang-orang yang telah bersumpah serta mengajukan uzurnya kepada Beliau dan Beliau telah menerimanya.” (HR. Bukhari)

Demikian semoga bermanfaat !

Thursday, August 18, 2016

Rahasia Angka 4 Dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah Ayat 36

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ar ba'atun (4 [empat]) bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S At-Taubah ayat ; 36)

Surat At-Taubah dalam Al-Qur'an merupakan surat ke-9 yang terdiri dari 129 ayat, At-Taubah artinya pengampunan, dimana dalam surat ini diawal surat tidak ada kalimat Bismillahirrahmanirrahim.

Untuk mengungkap rahasia angka 4 dalam surat ini bisa kita simak ayat-ayat berikut ini :



Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama ar ba'ah (4 [empat]) bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. (Q.S. At-Taubah : ayat 2)

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (Q.S At-Taubah ayat : 5)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah : ayat 97)

“Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.(QS. AT-Taubah ayat :37)

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram, katakanlah: “Berperang pada bulan itu adalah dosa besar tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan membuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran)”. (Q.S. Al-Baqarah ayat : 217)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya. Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan di"haram"kan atasmu (manangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS AL-Maaidah : ayat : 95 - 96)

Juga kita simak hadits-hadits berikut ini :

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Bakrah)

Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. (HR. Muslim, Abu Daud, Tarmizi, Nasai’ dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dengan status hadis marfu’)

Diakhir hayatnya shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan dari Muharram guna menyelisihi kaum yahudi yang hanya mengkhususkan puasa   mereka pada hari kesepuluh ('Asyura) "Jika masih mendapati tahun depan dengan izin Allah, maka aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim: 1134)

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maksud angka 4 dalam ayat 36 surat At-Taubah adalah 4 (empat) bulan haram yang dalam hadits disebutkan sebagai bulan Allah Muharram dan bulan yang dihormati yaitu :
  1. Dzulqaidah
  2. Dzulhijjah
  3. Muharram
  4. Rajab Mudhar
Sedangkan hal-hal yang tidak dibolehkan dalam 4 (empat) bulan haram tersebut adalah :
  • jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya
  • jangan (mengganggu) binatang-binatang qalaa-id
  • jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya
  • Berperang pada bulan itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) di sisi Allah.
Sedangkan hal-hal yang lebih baik dilakukan pada 4 (empat) bulan haram yaitu : berpuasa terutama hari kesembilan di bulan Dzulhijjah yang disebut dengan hari Arafah karena pada hari itu Allah SWT membanggakan hamba-Nya yang tengah berkumpul di ARafah kepada Malaikat, Arafah adalah nama sebuah gunung dimana Nabi Muhamad SAW untuk terahir kalinya berpidato kepada umat Islam, juga dimana tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa sejak terusir dari Syorga.

Hal ini sesuai dengan perhitungan secara matematika yaitu ayat 36 surat At-Taubah apabila dibagi 4 hasilnya adalah 9 (sembilan), begitu juga kalau diurai 36 itu 3 + 6 = 9, serta apabila diurut 3, 4, 5, 6, dua bilangan diapit apabila dijumlahkan 4 + 5 = 9, begitu juga surat At-Taubah merupakan surat ke-9. 

Dan keistimewaan hari Arafah adalah :

  1. Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama Islam dan nikmat.
  2. Hari Arafah adalah hari ‘ied (perayaan) kaum muslimin.
  3. Puasa pada hari Arafah akan mengampuni dosa dua tahun.
  4. Hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa Neraka.

Demikian semoga bermanfaat!

Tuesday, August 16, 2016

Rahasia Angka 9 Dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi Ayat 25

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus (tsalatsami’ah) tahun dan ditambah 9 (tis’a) tahun. (Q.S ; Al-Kahfi ayat : 25)

Al-Kahfi dalam Al-Qur'an merupakan surat yang ke-18 terdiri dari 110 ayat, Al-Kahfi berarti para penghuni gua. Untuk mengungkap makna dari tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun, kita simak hal-hal sebagai berikut :
  • Surat Al-Kahfi salah satu isinya menceritakan tentang ashabul kahfi atau orang-orang yang mendiami gua, seperti yang tertera dalam ayat 9 s/d ayat 22 Surat Al-Kahfi sebagai berikut :
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu). Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya".Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya"Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. (Q.S Al-Kafi ayat : 9 s/d 22)

Bahwa gua yang dimaksud diatas baru ditemukan pada tahun 1963 oleh Rafiq Wafa Ad-Dajani, seorang arkeolog Yordania. Setelah membandingkan beberapa gua yang hampir serupa, seperti yang terdapat di Epsus, Damaskus, dan Iskandinavia,  akhirnya Ad-Dajani menyimpulkan bahwa gua yang paling mirip seperti yang digambarkan al-Qur’an adalah yang terletak sekitar 8 kilometer dari kota Amman, ibukota Yordania. Gua tersebut berada di atas dataran tinggi menuju arah Tenggara; sedangkan kedua sisinya berada di sebelah Timur dan Barat dan terbuka sedemikian rupa sehingga cahaya matahari menembus ke dalamnya. Di dalam gua terdapat ruangan kecil yang luasnya 3 x 2,5 meter. Ditemukan juga di dalam gua itu tujuh atau delapan kuburan. Pada dindingnya terdapat tulisan Yunani Kuno dan terdapat juga gambar seekor anjing dan beberapa ornamen lainnya. Di atas gua terdapat sebuah tempat ibadah gaya arsitektur Bizantium dan mata uang yang digunakan pada masa itu. Berdasarkan peninggalan ini dapat diketahui bahwa tempat tersebut dibangun sekitar tahun 418-427 Masehi, pada masa pemerintahan Justinius I. 

  • Pada masa penghuni gua, tahun yang dipakai adalah menurut tahun masehi/kalender masehi, sedangkan pada zaman Nabi Muhamad tahun yang dipakai adalah tahun hijriyah/kalender hijriyah. 
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S Yunus ayat : 5)

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S At-Taubah ayat ; 36)

Kalender umat Islam adalah kalender Hijriyah, dinamakan Hijriyah karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun di mana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhamad SAW dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender Hijriyah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari.


Bulan Ke
Nama Bulan
Lamanya Hari
1
Muharam
30
2
Safar
29
3
Rabi’ul Awal
30
4
Rabi’ul Akhir
29
5
Jumadil Awal
30
6
Jumadil Akhir
29
7
Rajab
30
8
Syaban
29
9
Ramadhan
30
10
Syawal
29
11
Dzulkaidah
30
12
Dzulhijah
29/(30)
Total
12 Bulan
354/(355)

Tahun Hijriyah
Tahun Masehi
1 Tahun = 354 hari
1 Tahun = 365 hari

Dalam 30 Tahun ada 11 tahun kabisat yaitu 1 tahun = 355 hari , 19 tahun biasa yaitu 1 tahun = 354 hari

Tahun kabisat tiap 4 tahun sekali, jadi dalam 300 tahun ada 75 tahun kabisat yaitu 1 tahun = 366 hari, dan 225 tahun biasa yaitu 1 tahun = 365 hari

30 tahun = (11x355) + (19x354)
                 = 3.905 hari + 6.726 hari
                 = 10.631 hari

300 tahun = 75 tahun kabisat + 225 tahun biasa
                = (75 x 366 hari) + (225 x 365 hari)
                = 27.450 hari + 82.125
                = 109.575

300 tahun = 10.631 hari x (300/30)
                    = 10.631 hari x 10
                    = 106.310 hari

Selisih hari selama 300 tahun antara tahun Masehi dengan tahun Hijriyah = 109.575 hari – 106.310 hari = 3.265 hari
Masehi tahun biasa             = 3.265 : 365 = 8,9452054795 tahun dibulatkan 9 tahun
Masehi tahun kabisat         = 3.265 : 366 = 8,9207650273 tahun dibulatkan 9 tahun
Hijriyah tahun biasa           = 3.265 : 354 = 9,2231638418  tahun dibulatkan 9 tahun
Hijriyah tahun kabisat       = 3.265 : 355 = 9,1971830986  tahun dibulatkan 9 tahun

Jadi dengan demikian 300 tahun dalam hitungan kalender Masehi = 309 tahun dalam hitungan kalender Hijriyah!

Demikian semoga bermanfaat!

Contact Form

Name

Email *

Message *