Wednesday, October 12, 2016

Rahasia Angka 6 Dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah Ayat 51

Hai orang-orang yang Aamanuu (beriman), janganlah kamu mengambil orang-orang Al-Yahuuda (Yahudi) dan An-Nashaaraa (Nasrani) menjadi Auliyaa'a (pemimpin); sebahagian mereka adalah Auliyaa'a (pemimpin) bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada Adh-Dhaalimiin (orang-orang yang zalim). (Q.S : Al-Maidah ayat : 51)

Surat Al-Maidah dalam Al-Qur'an merupakan surat ke-5 yang terdiri dari 120 ayat, Al-Maidah berarti jamuan hidangan, dinamakan Al-Maidah karena didalamnya memuat kisah para pengikut setia Nabi Isa yang meminta kepada Nabi Isa agar Allah menurunkan jamuan hidangan dari langit.

Untuk mengungkap rahasia angka 6 dalam ayat ini, kata-kata kunci yang akan kita bahas yaitu :
  1. Orang-orang yang Beriman (Aamanuu)
  2. Orang-orang Yahudi (Al-Yahuuda)
  3. Orang-orang Nasrani (An-Nashaaraa)
  4. Pemimpin (Auliyaa'a)
  5. Sebagian mereka pemimpin (Auliyaa'u) bagi sebagian yang lain
  6. Orang-orang yang dhalim (Adh-Dhaalimiin)
Ini berdasarkan perhitungan matematis yaitu Al-Maidah merupakan surat ke-5 jadi ada 5 buah kata yang merupakan kata kuncinya yaitu "Beriman", "Yahudi", "Nasrani", "Pemimpin" dan "Dhalim", tetapi kata pemimpin terdapat 2 buah, jadi sesuai ayat 51 yaitu 5 + 1 = 6, dan juga sesuai surat Al-Maidah terdiri dari 120 ayat dimana 120 : 6 = 20 dan 20 itu 2 + 0 = 2, artinya yang paling utama dalam pembahasan Surat Al-Maidah ayat 51 ini adalah mengenai "Pemimpin" atau "Auliyaa'a" karena disebutkan 2 kali.

I. Orang-orang yang beriman (Aamanuu)

Iman secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman diambil dari kata kerja 'aamana' yukminu' yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat" artinya Iman bisa bertambah dan bisa berkurang.

"“Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para rasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” ...Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan rasulNya lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.”"( H.R Muslim, No. 8)

Jadi orang-orang yang beriman berarti orang-orang yang percaya atau membenarkan tentang :
  1. Adanya Allah 
  2. Adanya Malaikat Allah
  3. Adanya Kitab-Kitab Allah
  4. Adanya para Rasul Allah
  5. Adanya Hari Akhir
  6. Adanya Takdir Allah yang baik dan yang buruk
Yaitu yang disebut sebagai Rukun Iman sesuai dengan kata Aamanuu sendiri yang terdiri dari 6 huruf hija'iyah yaitu :
  1. Ain
  2. Alif
  3. Mim
  4. Nun
  5. Waw
  6. Alif
II. Orang-orang Yahudi (Al-Yahuuda)

Bangsa Israel atau Bani Israel ada bermula dari Nabi Ibrahim A.S yang mempunyai 2 orang anak yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishak, Nabi Ishak mempunyai anak yang bernama Nabi Ya'kub dan dari Nabi Ya'kub inilah lahir 12 orang anak yang merupakan dan dikenal dengan 12 suku Israel. 

Bahwa sampai dengan saat ini bangsa Israel selalu memakai lambang seperti yang tertera dalam bendera negara Israel yaitu David Star atau Magen David yang berbentuk Hexsagram atau Bintang bersudut 6 hasil penggabungan 2 buah segi 3 sama sisi, bahkan kata Al-Yahuuda terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
  1. Alif
  2. Lam
  3. Ya
  4. Ha
  5. Waw
  6. Dal
III. Orang-orang Nasrani (An-Nashaaraa)

Bahwa surat ini dinamakan Al-Maidah karena didalamnya memuat kisah para pengikut setia Nabi Isa yang meminta kepada Nabi Isa agar Allah menurunkan jamuan hidangan dari langit yaitu sebagai berikut :


(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangandari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". (Q.S Al-Maidah ayat 112 s/d 115)

Bahwa kata An-Nashaaraa terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
  1. Alif
  2. Lam
  3. Nun
  4. Shad
  5. Ra
  6. Ya
IV. Auliyaa'a


Makna auliya adalah walijah yang artinya  “orang kepercayaan, yang khusus dan dekat” Auliya merupakan bentuk jamak dari wali (ولي) yaitu orang yang lebih dicenderungi untuk diberikan pertolongan, rasa sayang dan dukungan. 

Makna Auliya dalam Al-Qur'an lebih jelas sebagai berikut :

  1. Surat Ali Imran ayat 28
  2. Surat Al Maidah ayat 51
  3. Surat Al Maidah ayat 57
  4. Surat At Taubah ayat 23
  5. Surat Al Mumtahanah ayat 1
  6. Surat An Nisa ayat 89
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi auliya dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)” (QS. Ali Imran ayat : 28)

Hai orang-orang yang Aamanuu (beriman), janganlah kamu mengambil orang-orang Al-Yahuuda (Yahudi) dan An-Nashaaraa (Nasrani) menjadi Auliyaa'a (pemimpin); sebahagian mereka adalah Auliyaa'a (pemimpin) bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada Adh-Dhaalimiin (orang-orang yang zalim). (Q.S : Al-Maidah ayat : 51)

Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab, “Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Ia  berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa? Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘pecat dia!’. Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim‘” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi auliya bagimu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” (QS. Al Maidah: 57)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi auliya bagimu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka auliya bagimu, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim” (QS. At Taubah: 23)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi auliya yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian)” (QS. Al Mumtahanah: 1).

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka sebagai auliya bagimu, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka auliya, dan jangan (pula) menjadi penolong” (QS. An Nisa: 89)

Kata Auliyaa'a terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
  1. Alif
  2. Waw
  3. Lam
  4. Ya
  5. Lam
  6. Ain
V. Adh-Dhaalimiin

Dholim adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat Dholim disebut Dholimin. Lawan kata zalim adalah adil. Kata Dholim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan Dholim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian Dholim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah Syirik.

Asal makna Dholim ialah aniaya dan melampaui batas yang telah ditentukan. Arti Dholim menurut ahli bahasa dan kebanyakan ulama ialah: Meletakkan sesuatu bukan pada semestinya (tempatnya), baik mengurangi, menambah, mengubah waktu, tempat dan letaknya”. Oleh karena itu kata kedholiman diartikan sebagai penyimpangan dari ketentuan atau melakukan dosa walaupun kecil.

VI. Kesimpulannya 

Bahwa isi dan makna surat Al-Maidah ayat 51 adalah mengenai Auliyaa'a atau orang kepercayaan atau orang yang diberi kepercayaan untuk menjabat sesuatu/pemimpin, dimana orang yang beriman yaitu orang yang percaya atau membenarkan tentang adanya Allah, Malaikat-Nya , Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Hari Akhir dan Takdir-Nya dilarang untuk memberikan kepercayaan kepada orang Yahudi dan Nasrani untuk diangkat sebagai orang kepercayaan atau orang yang diberi kepercayaan untuk menjabat sesuatu jabatan, apabila hal itu dilakukan maka orang-orang beriman tersebut termasuk orang-orang Dholim atau orang-orang yang telah meletakan sesuatu/perkara bukan pada tempatnya atau telah menyimpang dan hal tersebut merupakan suatu perbuatan dosa.

Pertanyaanya adalah kenapa kita tidak boleh menjadikan auliyaa'a orang-orang Yahudi dan Nasrani?

Jawabannya :

Karena Allah telah mentakdirkan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani telah ditetapkan bahwa auliya adalah dari kalangan mereka sendiri untuk mereka sendiri dan bukan untuk diluar kalangan mereka. (Pembahasan mengenai hal ini akan dibahas dibagian lainnya) 

Demikian semoga bermanfaat!

Contact Form

Name

Email *

Message *