Hai orang-orang yang Aamanuu (beriman), janganlah kamu
mengambil orang-orang Al-Yahuuda (Yahudi) dan An-Nashaaraa (Nasrani) menjadi Auliyaa'a (pemimpin);
sebahagian mereka adalah Auliyaa'a (pemimpin) bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa
diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada Adh-Dhaalimiin (orang-orang yang zalim). (Q.S : Al-Maidah ayat : 51)
Surat Al-Maidah dalam Al-Qur'an merupakan surat ke-5 yang terdiri dari 120 ayat, Al-Maidah berarti jamuan hidangan, dinamakan Al-Maidah karena didalamnya memuat kisah para pengikut setia Nabi Isa yang meminta kepada Nabi Isa agar Allah menurunkan jamuan hidangan dari langit.
Untuk mengungkap rahasia angka 6 dalam ayat ini, kata-kata kunci yang akan kita bahas yaitu :
- Orang-orang yang Beriman (Aamanuu)
- Orang-orang Yahudi (Al-Yahuuda)
- Orang-orang Nasrani (An-Nashaaraa)
- Pemimpin (Auliyaa'a)
- Sebagian mereka pemimpin (Auliyaa'u) bagi sebagian yang lain
- Orang-orang yang dhalim (Adh-Dhaalimiin)
I. Orang-orang yang beriman (Aamanuu)
Iman secara etimologis
berarti 'percaya'. Perkataan iman diambil dari kata kerja 'aamana' yukminu' yang berarti 'percaya'
atau 'membenarkan'. Iman secara bahasa berarti
tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah
"Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan,
bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat" artinya Iman bisa bertambah dan bisa berkurang.
"“Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi
menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya;
kitab-kitabNya; para rasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang
baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” ...Kemudian lelaki tersebut
segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku: “Wahai, Umar!
Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan rasulNya
lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian
tentang agama kalian.”"( H.R
Muslim, No. 8)
Jadi orang-orang yang beriman berarti orang-orang yang percaya atau membenarkan tentang :
- Adanya Allah
- Adanya Malaikat Allah
- Adanya Kitab-Kitab Allah
- Adanya para Rasul Allah
- Adanya Hari Akhir
- Adanya Takdir Allah yang baik dan yang buruk
- Ain
- Alif
- Mim
- Nun
- Waw
- Alif
Bangsa Israel atau Bani Israel ada bermula dari Nabi Ibrahim A.S yang mempunyai 2 orang anak yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishak, Nabi Ishak mempunyai anak yang bernama Nabi Ya'kub dan dari Nabi Ya'kub inilah lahir 12 orang anak yang merupakan dan dikenal dengan 12 suku Israel.
Bahwa sampai dengan saat ini bangsa Israel selalu memakai lambang seperti yang tertera dalam bendera negara Israel yaitu David Star atau Magen David yang berbentuk Hexsagram atau Bintang bersudut 6 hasil penggabungan 2 buah segi 3 sama sisi, bahkan kata Al-Yahuuda terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
Bahwa sampai dengan saat ini bangsa Israel selalu memakai lambang seperti yang tertera dalam bendera negara Israel yaitu David Star atau Magen David yang berbentuk Hexsagram atau Bintang bersudut 6 hasil penggabungan 2 buah segi 3 sama sisi, bahkan kata Al-Yahuuda terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
- Alif
- Lam
- Ya
- Ha
- Waw
- Dal
Bahwa surat ini dinamakan Al-Maidah karena didalamnya memuat kisah para pengikut setia Nabi Isa yang meminta kepada Nabi Isa agar Allah menurunkan jamuan hidangan dari langit yaitu sebagai berikut :
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa
berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa
menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang
beriman". Mereka berkata:
"Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan
supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam berdoa: "Ya
Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangandari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami
dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri
rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya
Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir
di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan
menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di
antara umat manusia". (Q.S
Al-Maidah ayat 112 s/d 115)
Bahwa kata An-Nashaaraa terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
- Alif
- Lam
- Nun
- Shad
- Ra
- Ya
Makna auliya adalah walijah yang artinya “orang
kepercayaan, yang khusus dan dekat” Auliya merupakan bentuk jamak dari wali (ولي) yaitu orang yang lebih
dicenderungi untuk diberikan pertolongan, rasa sayang dan dukungan.
Makna Auliya dalam Al-Qur'an lebih jelas sebagai berikut :
- Surat Ali Imran ayat 28
- Surat Al Maidah ayat 51
- Surat Al Maidah ayat 57
- Surat At Taubah ayat 23
- Surat Al Mumtahanah ayat 1
- Surat An Nisa ayat 89
“Janganlah
orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi auliya dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah
ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu
yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)
Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)” (QS. Ali Imran ayat : 28)
Hai orang-orang yang Aamanuu (beriman), janganlah kamu mengambil orang-orang Al-Yahuuda (Yahudi) dan An-Nashaaraa (Nasrani) menjadi Auliyaa'a (pemimpin); sebahagian mereka adalah Auliyaa'a (pemimpin) bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada Adh-Dhaalimiin (orang-orang yang zalim). (Q.S : Al-Maidah ayat : 51)
Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin
Khathab, “Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa
pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu
Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya
untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil
pekerjaannya. Ia berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini
didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu
Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa?
Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’.
Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘pecat dia!’.
Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim‘” (Tafsir
Ibni Katsir, 3/132).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil jadi auliya bagimu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan
dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu,
dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah
jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” (QS. Al Maidah: 57)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi auliya bagimu, jika mereka
lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang
menjadikan mereka auliya bagimu, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim” (QS. At Taubah: 23)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi auliya yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka
telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan
(mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu
benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku
(janganlah kamu berbuat demikian)” (QS. Al Mumtahanah: 1).
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir
sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).
Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka sebagai auliya bagimu, hingga
mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorang
pun di antara mereka auliya, dan jangan (pula) menjadi penolong” (QS. An Nisa:
89)
Kata Auliyaa'a terdiri dari 6 huruf Hija'iyah yaitu :
- Alif
- Waw
- Lam
- Ya
- Lam
- Ain
Dholim adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat Dholim disebut Dholimin. Lawan kata zalim adalah adil. Kata Dholim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan Dholim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian Dholim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah Syirik.
Asal makna Dholim ialah aniaya dan melampaui
batas yang telah ditentukan. Arti Dholim menurut ahli bahasa dan kebanyakan
ulama ialah: Meletakkan sesuatu bukan pada semestinya (tempatnya), baik
mengurangi, menambah, mengubah waktu, tempat dan letaknya”. Oleh karena itu
kata kedholiman diartikan sebagai penyimpangan dari ketentuan atau melakukan
dosa walaupun kecil.
VI. Kesimpulannya
Bahwa isi dan makna surat Al-Maidah ayat 51 adalah mengenai Auliyaa'a atau orang kepercayaan atau orang yang diberi kepercayaan untuk menjabat sesuatu/pemimpin, dimana orang yang beriman yaitu orang yang percaya atau membenarkan tentang adanya Allah, Malaikat-Nya , Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Hari Akhir dan Takdir-Nya dilarang untuk memberikan kepercayaan kepada orang Yahudi dan Nasrani untuk diangkat sebagai orang kepercayaan atau orang yang diberi kepercayaan untuk menjabat sesuatu jabatan, apabila hal itu dilakukan maka orang-orang beriman tersebut termasuk orang-orang Dholim atau orang-orang yang telah meletakan sesuatu/perkara bukan pada tempatnya atau telah menyimpang dan hal tersebut merupakan suatu perbuatan dosa.
Pertanyaanya adalah kenapa kita tidak boleh menjadikan auliyaa'a orang-orang Yahudi dan Nasrani?
Jawabannya :
Karena Allah telah mentakdirkan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani telah ditetapkan bahwa auliya adalah dari kalangan mereka sendiri untuk mereka sendiri dan bukan untuk diluar kalangan mereka. (Pembahasan mengenai hal ini akan dibahas dibagian lainnya)
Demikian semoga bermanfaat!
VI. Kesimpulannya
Bahwa isi dan makna surat Al-Maidah ayat 51 adalah mengenai Auliyaa'a atau orang kepercayaan atau orang yang diberi kepercayaan untuk menjabat sesuatu/pemimpin, dimana orang yang beriman yaitu orang yang percaya atau membenarkan tentang adanya Allah, Malaikat-Nya , Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Hari Akhir dan Takdir-Nya dilarang untuk memberikan kepercayaan kepada orang Yahudi dan Nasrani untuk diangkat sebagai orang kepercayaan atau orang yang diberi kepercayaan untuk menjabat sesuatu jabatan, apabila hal itu dilakukan maka orang-orang beriman tersebut termasuk orang-orang Dholim atau orang-orang yang telah meletakan sesuatu/perkara bukan pada tempatnya atau telah menyimpang dan hal tersebut merupakan suatu perbuatan dosa.
Pertanyaanya adalah kenapa kita tidak boleh menjadikan auliyaa'a orang-orang Yahudi dan Nasrani?
Jawabannya :
Karena Allah telah mentakdirkan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani telah ditetapkan bahwa auliya adalah dari kalangan mereka sendiri untuk mereka sendiri dan bukan untuk diluar kalangan mereka. (Pembahasan mengenai hal ini akan dibahas dibagian lainnya)
Demikian semoga bermanfaat!